Tuesday, March 12, 2013

Rinduku, Orangtuaku

     Apakah kamu pernah merasa kesepian? Apakah hatimu merasa terluka? Kalau iya, jiwamu sungguh sangat rapuh dalam menghadapi tekanan kehidupan ini. Orang lain melihat kita seolah tak percaya atau bahkan malah memandang kita hanya sebelah mata.
    Ini kisahku kawan. Aku seorang gadis yag masih belia atau bisa dibilang masih ranum. Umurku masih 5 bulan 8 hari. Masih cukup muda kan kawan,,hehehe
Yups, aku masih dalam kandungan dan kerinduanku, aku ingin sekali melihat dunia yang konon katanya sangat indah dan menawan. Aku juga ingin sekali melihat ketampanan ayahku dan kecantikan ibuku. Aku percaya kalau aku lahir nanti, aku pasti secantik ibu.
    Setiap malam, ibuku selalu bernyanyi dan suaranya sungguh sangat bagus. Membuat aku menjadi tambah semangat untuk segera keluar dari perut ibuku dan bisa bernyanyi bersama.
Tapi terkadang aku sangat bandel lho, karena tiap malem aku juga suka dance di dalam perut sehingga ibu pun merasakan gerakan danceku. Tendang sini tendang sana sudah sering aku lakukan tiap malem. Menurutku di dalam seperti ini membuatku tak bisa bergaya banyak. Jadi aku selalu berharap untuk segera melihat sang mentari.
    Suatu ketika aku diajak pergi bersama ayah dan ibu ke suatu tempat. Jantungku sungguh sangat berdebar-berdebar. Hari ini sungguh sangat berbeda dan aku baru saja menyadari kalau kita pergi ke dokter. Kemudian aku mulai berpikir. Kira-kira siapa yang sakit? Ayah atau ibu? Sungguh menjadi tanda tanya besar dalam benakku.
    Aku merasakan kalau ibuku berbaring di tempat tidur. Di dalam pikiranku masih tanda tanya. Apa aku akan lahir? Tapi umurku masih 5 bulan 8 hari.
Tiba-tiba saja ada gunting sangat besar masuk dalam perut ibuku. Gunting itu memotong jari-jariku. Padahal aku punya cita-cita ingin menjadi pemain piano. Kemudian gunting itu memotong kedua lenganku. Aku sungguh kaget. Tapi tak apa, karena aku masih punya 2 kaki untuk dance. Selanjutnya gunting besar itu memotong kedua kakiku. Rasanya sungguh sangat sakit sekali. Aku berteriak tetapi ayah, ibu bahkan dokter itu pun tak menolongku. Aku sudah tak mempunyai tangan dan kaki tetapi aku masih mempunyai perasaan untuk merasakan indahnya dunia. Ingin sekali ku hirup udara segar di taman yang sering ayah lakukan bersama ibu. Lalu aku melihat benda yang sangat panjang dan benda itu menghancurkan seluruh tubuhku. Sakit ayah, sakit ibu. Kenapa kalian hanya diam saja. Di sini aku sangat tersiksa.
    Kemudian aku baru menyadari, kalau aku tidak di harapkan lahir oleh kedua orangtuaku. Rasanya mau marah, tapi tak bisa. Mau benci, tapi aku menyayangi mereka.
Kenapa ayah, kenapa ibu, kalian sungguh membenciku? Apa aku pernah membuat marah kalian sehingga aku tak diharapkan. Kalau iya, aku minta maaf. Aku sangat menyayangi kalian.
    Sekarang ini aku sudah di tempat yang berbeda. Di tempat yang sangat indah. Mungkin lebih indah dari dunia. Di tempat ini juga, aku tidak sendiri. Aku punya banyak teman. Mereka mengajariku berbagai macam permainan dan aku di sini selalu diajarkan kasih oleh Bapa. Ya, aku menyebutnya Bapa karena ketika aku kesakitan, Ia yang menolongku, mengasihiku, membimbingku bahkan selalu menemaniku di saat sedih maupun senang. Aku senang sekali mempunyai Bapa seperti ini. Terima kasih untuk semuanya Bapa.
Aku juga diajarkan untuk tetap mengasihi orangtuaku. Ayah, ibu, aku menunggu kalian di tempat ini. Aku percaya bahwa kita nanti bisa bertemu lagi. Love you so much.

No comments:

Post a Comment