Tuesday, May 08, 2018

Pernikahan yang Tak Lekang oleh Waktu dan Usia

Banyak orang menunggu untuk bertemu dengan cinta sejatinya dan menikmati masa dimana melakukan banyak hal bersama di dalam suatu pernikahan.
Namun bagi beberapa orang, pernikahan itu sangat menakutkan. Sebagian orang ingin cepat-cepat menikah dan membangun bahtera rumah tangga, sedangkan sebagian orang malah ketakutan atau bahkan malah sudah nyaman dengan kesendiriannya dan tak berniat untuk beranjak. Rasa takut tersebut sangatlah manusiawi. Namun tidak baik jika ketakutan tersebut menghambat akan kesempatan yang seharusnya dapat diperoleh.


            Saya sering mengatakan kepada orang yang datang konseling kepada saya. Berulang kali saya mengatakan, jangan sampai menikah tanpa pertimbangan yang matang. Menikahlah dengan berani. Maksudnya? Tanpa persiapan berarti nekat. Sedangkan berani, itu bukan karena tak ada ketakutan tetapi ia mampu melawan ketakutan tersebut dengan persiapan yang sudah matang.
Yang harus sobat mengerti, persiapan yang paling penting dalam pernikahan bukanlah soal finansial melulu, tetapi mental. Bukan juga soal rumah,kendaraan,ataupun hal lainnya tetapi kesiapan untuk berkomitmenlah yang menjadi poin untuk bertanggung jawab.


Dunia akhir zaman ini ditakutkan dengan namanya kebaikan. Dengan alasan yang dibuat-buat, seorang laki-laki atau wanita benar-benar takut untuk menikah. Namun banyak juga yang menganggap pernikahan adalah hal yang mudah dilakukan. Bukan untuk memanas-manasi anak muda untuk menikah, lalu dengan sigapnya mengambil jalan pernikahan.
Banyak orang yang ingin menikah tapi ada yang belum bertemu dangan jodohnya. Seorang laki-laki takut menikah, salah satu alasannya adalah urusan harta. Belum memiliki pekerjaan tetap,gaji masih di bawah rata-rata,serta alasan-alasan lainnya.

A married couple would expect happiness in marriage and hoped his marriage work satisfactorily. No exception in couples with different age of older wife. However, the fact that not all couples can feel a marriage with a state of happiness and satisfaction. This study aims to understand and describe marital satisfaction in couples with different age (phenomenological study for chronologic age of older wife). This research uses a qualitative approach, data collection using semi-structured interview technique as the main technique and open questionnaire as a supporter. Informants in this study are 5 married couples who married with chronologic age of older wife, and have been married at least 2 years, informants selected by purposive sampling. For the questionnaire, distributed to 80 married couples respondents and have been married at least 2 yearsThe results of the study with the questionnaire obtained data that about 87.5% of couples are  satisfie wit the  marriage  that  is  lived.  Furthermore  from  the  interview  data,
according to common of couples with different age who chronologic age of older wife, are satisfied with the marriage that is lived. Marital satisfaction in couples with different age (phenomenological study for chronologic age of older wife) appear when marriecouple  can  against  every  conflict supporte by  internal  factor are  consist  ocooperation and flexible task distribution, intimacy, and acceptance of personality partner. While external factors are finances management, presence children of home, and supported from partner. Marital dissatisfaction in couples with different age include ways to receive community stigma, communication, and economi

Ketakutan pernikahan menghantui orang yang belum menikah. Ketakutan tersebut sangatlah irasional dan psikolog menyebutnya dengan Gamofobia.
Gamofobia ditandai akan ketakutan terhadap pernikahan dan komitmen. Penderita cenderung takut terhadap fase pernikahan lalu kesehariannya hanya menghabiskan dan berkelana dengan waktu kesendiriannya saja.
Gamofobia sering terjadi pada pria. Seperti masalah yang sudah saya jelaskan pada paragraf di atas. Cara yang paling efektif yaitu mengubah perilaku kognitif karena hal perilaku tersebut merupakan salah satu pengobatan paling efektif untuk Gamofobia.

            Pernikahan adalah komitmen seumur hidup. Pastinya tidak ada yang menikah lalu berpikir untuk berpisah. Nah banyak orang yang terjangkit sindrom gamofobia lalu mempertimbangkan untuk menikah karena masih takut bahwa pasangannya bukanlah orang yang tepat. Maka munculah ketakutan akan bertemunya dengan “orang yang lebih tepat”. Sedangkan kalau sudah menikah, tidak ada namanya jalan “putar balik”.

“Soul-mates are people who bring out THE BEST IN YOU. They perfect but are always perfect for you”

            Berkencan dengan seseorang yang lebih tua atau lebih muda memang menantang. Namun dengan perbedaan usia yang terpaut jauh, tantangan tersebut menjadi status bersiaga. Mengapa saya mengatakannya bersiaga?
Pandangan masyarakat luas melihat bahwa pernikahan dengan jarak umur yang terlampaui jauh adalah bentuk hubungan yang tidak wajar. Tak jarang, persepsi tersebut muncul karena adanya idealisme jarak umur pasangan. Setiap orang berhak menikah tanpa adanya batasan umur maksimal. Selama pasangan tersebut sudah memasuki umur yang pantas untuk menikah. Dalam perspektif psikologi, setiap individu berhak menentukan pasangan dengan beda umur begitu jauh tentunya sudah menjadi hak pasangan tersebut.

“It is a truth universally acknowledged, that a single man in possession of a good fortune, must be in want of a wife.”  -Jane Austen, Pride and Prejudice-

            Menurut norma yang sudah beredar di kalang masyarakat, khususnya wanita, mereka biasanya menetapkan kriteria calon pasangan hidupnya yaitu laki-laki yang usianya lebih tua. Jika tidak, mereka sudah termasuk melanggar norma tersirat.
Meski demikian, bukan berarti wanita tidak boleh menikah dengan laki-laki yang lebih muda. Bukan berarti juga lelaki muda tak boleh menikahi wanita yang lebih tua. Justru ada kebahagiaan tersendiri jika laki-laki menikahi perempuan yang lebih tua darinya.

Kepuasan pernikahan berhubungan erat dengan keharmonisan pernikahan. Dimana keharmonisan pernikahan adalah keadaan yang sinergis antara suami dan istri dengan terciptanya iklim saling menghormati, saling menerima, saling menghargai, saling mempercayai, dan saling mencintai antar pasangan sehingga dapat menjalankan peran-perannya dengan penuh kematangan sikap, serta dapat melalui kehidupan dengan penuh keefektifan dan kepuasan batin (Dewi & Sudhana, 2013). Keharmonisan pernikahan berkaitan dengan suasana hubungan pernikahan yang bahagia dan serasi (Nancy, 2013)

Pada pasangan beda usia dimana usia kronologis istri lebih tua, keadaan ekonomi merupakan masalah yang sering terjadi. Dalam menghadapi masalah ekonomi umumnya seseorang memiliki lebih dari satu jenis pekerjaan, bahkan sebagian memutuskan untuk merantau ke luar kota, disamping istri juga ikut bekerja.


Penelitian Hakim dkk (2014) menunjukkan bahwa istri yang tidak memiliki perencanaan keuangan harus melakukan keputusan keuangan yang tidak direncanakan. Sehingga harus dilakukan pemisahan keuangan sesuai kegunaannya. Untuk menghadapi keadaan ekonomi diperlukan keseimbangan antara pendapatan dan belanja keluarga yang menjadi tanggung jawab bersama.


Adanya kerja sama dengan pasangan dalam mengerjakan tugas rumah tangga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kepuasan pernikahan. Ketidakpuasan pernikahan  yang dirasakan dapat terjadi saat seseorang merasa kesulitan dalam pembagian peran dalam rumah tangga (Larasati, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerja sama sangat berkaitan erat dengan adanya pembagian peran yang fleksibel dalam rumah tangga.

“Umur bukan halangan untuk suatu pernikahan”

Keintiman merupakan salah satu emosi dasar dari cinta. Keintiman mencangkup aspek fisik, emosional dan spiritual. Proses keintiman sesungguhnya dimulai ketika salah satu pasangan mengekspresikan diri melalui pikiran dan perasaan kepada pihak yang lain (Widjanarko, 2010). Keintiman akan tercipta melalui keterlibatan pasangan satu sama lain baik dalam situasi yang menyenangkan maupun menyedihkan. Meskipun pasangan memiliki keintiman yang sangat tinggi, bukan berarti pasangan selalu melakukan berbagai hal bersama.

Perbedaan karakter pribadi pasangan mampu menimbulkan konflik dalam kehidupan pernikahan apabila salah dalam menyikapi.

Menurut Burpee & Langer dalam Sukmawati (2014), “Kepuasan pernikahan dapat ditingkatkan apabila pasangan suami-istri memilik banyak kesamaan kepribadian, minat, dan kecenderungan."


Setelah pasangan suami-istri mempunyai anak maka status peran dan tugas semakin berkembang. Kehadiran anak dalam suatu pernikahan, mampu menciptakan kebahagiaan dalam berumah tangga. Karena umumnya pasangan yang menikah mendambakan kehadiran keturunan. Pengambilan keputusan secara bersama-sama terutama mengenai masalah anak dan pengasuhan akan meningkatkan kepuasan pernikahan.


Saya mengutip beberapa poin dari JAKIRO tentang kebahagian yang didapatkan seorang laki-laki jika menikahi wanita yang lebih tua. Inilah beberapa kebahagiaan yang bakal dirasakan:

  1. Perempuan dewasa memiliki sikap mandiri dan dapat diandalkan
Laki-laki secara psikologis, sangat tertarik dengan segala sesuatu yang mengingatkan dengan sosok ibu.

  1. Perempuan dewasa memiliki tingkat keyakinan diri yang tinggi
Perempuan yang usianya lebih tua, memiliki kepercayaan dan keyakinan diri yang tinggi.

  1. Perempuan dewasa meiliki rencana dan arah tujuan yang jelas
Perempuan yang lebih tua, perencanaanya lebih matang sehingga berkeluarga bukan sekedar main-main.

  1. Perempuan dewasa bersikap terbuka dan tanpa basa-basi
Perempuan yang lebih tua tidak terlalu banyak menggunakan bahasa ‘kemauan’. Mereka cenderung berkata langsung tanpa basa-basi.

  1. Perempuan dewasa bertindak dengan tenang dan penuh pertimbangan
Laki-laki yang logis akan tertolong oleh kedewasaan istri yang lebih tua dengan pertimbangan dari banyak sisi, terutama pertimbangan yang tidak terpikirkan oleh lelaki.

  1. Perempuan dewasa bertanggung jawab terhadap kesalahan yang ia perbuat
Perempuan sering kali melimpahkan kesalahan kepada pasangannya. Berbeda halnya jika pasanganmu lebih tua. Ia akan lebih dewasa dalam berpikir dan memilih bersikap untuk tanggung jawab.

  1. Perempuan dewasa tidak menggantungkan dirinya kepada pasangan
Bukan berarti tidak butuh, tidak setia dan tidak percaya. Istri yang lebih dewasa memikirkan masa depan yang lebih baik. Menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anakmu.

  1. Perempuan dewasa itu sabar dan pemaaf
Istri yang lebih tua akan bersikap sabar dan mudah memaafkan meskipun kebiasaan buruk pasangannya terus terulang kembali.

Terlepas dari masalah usia, laki-laki akan jatuh cinta pada seorang wanita yang mempunyai kepribadian. Jika sobat seorang wanita muda, pastikan sobat mampu bersikap dewasa, karena kedewasaan tidak selalu identik dengan usia.
Tak ada yang melarang siapapun untuk cepat-cepat menikah. Tapi tak ada salahnya jika mencoba untuk memantapkan hati. Karena cepat atau lambat, waktu akan terus berlalu dan seringkali terdengar bisikan, “Kapan nikah?”
Karena pastinya, semua akan indah pada waktunya.

“We’re all a little weird. And life is a little weird. And when we find someone whose weirdness is compatible with ours, we join up with them and fall into mutually satisfying weirdness–and call it love–true love.” -Robert Fulghum, True Love-


(Sumber gambar : gambar 1,gambar 2)

No comments:

Post a Comment