Monday, March 31, 2014

Show off Spirit

       Memang sudah menjadi sifat asli manusia jika ia ingin dipuji dan dihormati. Dari sinilah dapat diambil sebuah pelajaran bahwa sekudus-kudusnya seseorang, tetaplah ia seorang manusia yang hidup di dalam sebuah daging. Sebab itu, manusia rela mengorbankan apapun demi mendapatkan sebuah popularitas. Memang tidaklah salah mencari popularitas jika ditempatkan di lahan yang tepat. Tetapi akan sangat salah besar jika motivasi tersebut ditanamkan pada sebuah pelayanan.
       Postingan kali ini, saya memberikan judul show of spirit. Secara garis besar, judul ini memang kurang menarik. Tetapi saya memang harus menuliskannya. Bermula dari sebuah pengalaman saya, memang dari semua postingan yang saya tulis, merupakan postingan akan pengalaman yang saya alami sendiri. 

Mencari ketenaran di dalam sebuah pelayanan memang seperti pegawai roti yang memakan rotinya sendiri. Pelayanan yang saya maksud merupakan pelayanan di dalam sebuah gereja. Ada banyak pelayanan yang anak-anak Tuhan sudah kerjakan. Diantaranya, pelayanan bagian pendoa(penopang), pelayanan singer(pemegang busur), tarian(anak panah), pelayanan masyarakat(benih taburan), dan semua pelayanan yang diperuntukkan untuk kemuliaan Tuhan. Mempertahankan kemurnian hati telah menjadi sebuah tantangan yang sangat besar bagi setiap pelayan Tuhan. Hati-hati dengan hari-hari yang harus dilewati. Banyak hari-hari yang penuh dengan lumuran ragi kemunafikan. Bahkan setiap sendi di dalam sebuah kehidupan, sudah digerogoti oleh ragi tersebut. 
       Pelayanan tampil merupakan pelayanan yang sering dilihat oleh banyak orang. Sehingga pelayanan tampil merupakan pelayanan yang sangat rentan dengan roh ingin tampil. Efeknya akan sangat berbahaya jika pelayan Tuhan jatuh di lubang ini. Beruntunglah bagi pelayan Tuhan yang melayani di balik layar., sebut saja pendoa. Walaupun pendoa berada di balik layar, tetapi pelayanannya sangat penting sekali. Tak ada pelayanan yang tidak penting, semuanya saling mendukung. Jika salah satu tidak ada, berarti ada bagian tubuh yang hilang. Semua pelayanan merupakan anggota gerak yang saling menopang dan bekerja sama. 
Mari kita ambil contoh seorang Imam Eli. Ia merupakan imam yang melayani umat-Nya dengan sangat baik. Namun dengan berjalannya waktu, Imam Eli tidak berjaga-jaga dengan motivasinya, sehingga ia pun jatuh di motivasi yang salah. Seperti tertulis di 1 Samuel 2:29, "Mengapa engkau(Imam Eli) memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anakmu lebih dari pada-Ku, sambil kamu menggemukkan dirimu dengan bagian yang terbaik dari setiap korban sajian umat-Ku Israel?"
Seorang Imam Eli pun bisa jatuh di motivasi yang salah, yaitu ingin mengambil beberapa bagian jatah yang seharusnya menjadi milik Tuhan. Hal inilah yang membuat Allah marah dan kecewa terhadapnya.



"Meskipun tidak ada yang bisa kembali dan membuat awal yang baru, siapa pun dapat memulai dari sekarang dan membuat akhir yang baru."  -Carl Bard



       Dahulu, menjadi pelayan bukanlah yang sangat disukai oleh banyak orang. Sebenarnya, pada dasarnya manusia tidak suka jika melayani. Seperti kata Plato, "Siapakah yang senang jika ia melayani orang lain?
Memang kenyataannya seperti itu. Sebab seringkali seseorang ingin melayani, tetapi jika dipraktekkan, banyak sekali orang yang ingin dilayani. Di era sekarang, kata pelayanan sudah semakin populer., tetapi banyak yang belum mengerti arti dari sebuah pelayanan tersebut. Jujur saja, jika dibandingkan dengan dahulu, banyak pelayan Tuhan hanya muncul dari kalangan rohaniwan. Namun sangat sayang sekali jika sebuah pelayanan sudah dijadikan budaya populer (pop culture) yang berujung dengan materialisme dan pola hidup konsumeristik. 
Secara etimologi, kata "pelayanan" memiliki makna yang sangat mendalam. Kalau mengulas kata pelayanan di Perjanjian Baru, sangatlah banyak hingga tak mungkin kalau saya harus mengupas semuanya. Mungkin saya hanya bisa mengutip beberapa saja dari sedikit yang saya mengerti. Berikut beberapa istilah "pelayanan" yang tercatat di Perjanjian Baru:

   a. Doulos(Yunani): Orang yang sedang memiliki status sebagai pelayan atau budak. Tugasnya adalah mengerjakan apa yang menjadi kehendak tuannya. Tidak ada perbantah-bantahan dan memiliki sikap penyerahan seutuhnya. Kata doulos merupakan kata yang lebih rendah hati dari kata "hamba". Secara garis besar, doulos memiliki arti hamba yang terikat (Matius 8:9), (Roma 6:8).
   
   b. Diakoneo: Memiliki arti yaitu menyediakan makan di meja majikannya. Sehingga tugasnya hanya di dapur dengan selalu menyiapkan sajian yang menyukakan tuannya. Seringkali diakoneo mengalami kritikan. Entah karena sajiannya kurang cantik ataupun bumbunya kurang mengena di lidah (Matius 8:15 , Efesus 4:12).

   c. Leitourgeo: Bekerja untuk kepentingan rakyat atau kepentingan umum. Penulis di kitab Ibrani juga menuliskan bahwa Tuhan Yesus disebut dengan leitourgos (Ibrani 8:2). Melalui kata inilah muncul kata baru yaitu liturgi yang sudah tidak asing di telinga masyarakat luas.

   d. Latreuo: Sikap hati yang penuh ketundukan dan memberikan penghormatan kepada Allah dengan penuh kasih. Kata tersebut juga telah menciptakan kata baru yaitu latron yang memiliki arti gaji atau upah. Tetapi jika di Perjanjian baru, kata latreuo sangat ditekankan hanya penyembahan kepada Tuhan saja (Matius 4:10, Kisah Para Rasul 7:7).

Nah, dari uraian di atas, pelajaran apa yang dapat diambil? Mari kita sama-sama minta hikmat dan pimpinan dari Roh Kudus sendiri, bukan melalui pikiran manusiawi. Karena jika memahami setiap ayat di Alkitab dengan pemahaman pikiran manusia saja, akan menyimpang dari apa yang menjadi kehendak-Nya.



"Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapan-Nya." (2 Korintus 2:17) 



      
       Menjadi pelayan yang setia dan berkenan di hadapan Tuhan harus melewati banyak tahap hingga sampai di tahap yang terakhir. Bukan untuk bersaing siapa yang lebih baik dan siapa yang levelnya di bawah dan siapa levelnya di atas. Tuhan saja tak pernah memandang rupa kita, tetapi Ia melihat hati yang tulus. 
Roh yang ingin tampil merupakan salah satu roh yang membuatnya mempunyai sifat egois. Mencari popularitas dengan modus pelayanan, Tuhan tak akan pernah suka bakaran dengan api asing. Ia lebih suka pelayanan yang kecil tetapi tulus dan bukan pelayanan besar tetapi palsu. Ada tertulis di Lukas 12:1, "Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai megajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 'Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.' "

Saya akan ambil contoh pelayanan dengan tarian. Mengapa saya mengambil contoh dari pelayanan tarian?  karena pelayanan tarian juga merupakan bagian dari pengalaman saya sendiri sebagai penari. Pelayanan ini merupakan pelayanan yang di depan altar setelah singer. Selain sebagai pelayanan yang di depan altar, pelayanan tersebut sering kali dilihat banyak jemaat. Hasil survey yang saya ambil dari beberapa sumber, pelayanan tarilah yang pasti pertama kali dilihat. Jujur saja, dulu waktu pertama kali beribadah dengan disuguhkan penyembahan dengan tarian, pastilah saya melihat tarian tersebut. Sadar tidak sadar, saya melihat setiap gerakan dan alunan nada yang mengiringinya. 
Dari sinilah saya dapat belajar bahwa pelayanan yang di depan umum atau bisa dibilang dengan pelayanan tampil, cenderung mengikuti irama show off spirit ,jika tidak dibarengi dengan pembacaan firman secara rutin. 
       Pelayan tari yang memiliki emosi belaka atau sudah terbius dengan show off spirit, ia hanya dapat menari tetapi hatinya gersang. Tidak ada bedanya dengan orang yang melakukan senam di pagi hari yang tidak memiliki impartasi yang baik untuk jemaat bahkan untuk kemuliaan Tuhan sendiri. Kalau dilihat sepintas, mirip orang Farisi berjubah yang suka menerima penghormatan dari orang lain. Saat menari penuh cahaya Yesus tetapi saat di luar gereja, hanya fiktif belaka.



"Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi! Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur" (Yesaya 14:14-15)



Sebenarnya ayat tersebut merupakan filosofi dari Lucifer. Ia sangat ambisius untuk menyamakan dirinya dengan Allah. Melalui ayat di atas, show off spirit adalah roh miliknya Lucifer. Sehingga siapapun yang terkena roh tersebut, ia telah mencuri kemuliaan Tuhan.
Banyak dampak yang terjadi jika pelayanan sudah terkena virus show off spirit. Bisa berdampak di sekolahnya yang mengakibatkan nilainya hancur, pekerjaannya bahkan disemua aspek kehidupannya. Jadi berhati-hatilah, lawanmu si iblis!



 "Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar daripada itu. Karena itu Ia katakan: 'Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati' " (Yakobus 4:6)



Melayani Tuhan adalah sebuah anugerah yang Tuhan sudah berikan. Ia adalah Allah yang kudus, maka kuduskanlah hati dalam mengikuti dan melayani-Nya. Jangan sekali-kali mencuri kemuliaan-Nya, karena manusia tak berhak memiliki kemuliaan itu. Kita hanyalah hamba dan hanya Tuhanlah yang layak menerima segala kemuliaan.
God bless You





Sumber gambar : # show off
                               #buzz lightyear
                               




No comments:

Post a Comment