Sunday, January 21, 2018

Filosofi Pria dan Rambut Panjang

  Kita selalu berpikiran bahwa rambut hanyalah tentang penampilan. Terutama bagi wanita, mampu menghabiskan jutaan rupiah demi menjaga rambutnya yang panjang layaknya sebuah mahkota. Namun untuk sebagian kaum pria, rambut lebih dari sekedar mode. Kaum pria mempunyai pandangan yang lebih filosofis terhadap rambut panjang. Seperti apa pemikiran pria dan rambut panjangnya?

  Rambut adalah salah satu bentuk cara untuk menginterpretasikan karakter seseorang. Kadang status kehidupan seorang laki-laki juga dapat terlihat dari jenis rambutnya. Contohnya, lelaki berambut pendek sering dipandang sebagai seseorang yang senang berada di bawah aturan, pekerja harian atau karyawan. Sedangkan lelaki berambut panjang dipandang sebagai seseorang yang senang membelot, seniman atau memiliki pandangan di luar mainstream. Tetapi perbedaan pandangan itu hanyalah gambaran sempit saja, karena persepsi setiap orang akan suatu hal pastilah berbeda.Dan ketika kamu melihat seorang pria dengan rambutnya yang panjang, apa yang terlintas di benakmu?


  Istilah “Hati tak sesuai dengan kenyataan” telah merasuk di kehidupan kaum pria masa kini. Di masa yang maju seperti sekarang, masa yang penuh dengan birokrasi dan aturan yang bersifat bias, banyak lelaki yang rela merubah penampilannya demi mendapatkan pekerjaan yang layak. Peraturan bekerja di sebuah perusahaan yang mengharuskan seorang lelaki untuk menenggelamkan karakternya; Dan salah satu peraturan yang sangat signifikan adalah, seorang pria harus berambut pendek dan juga rapih. Itulah faktor terkuat yang menyebabkan seorang lelaki mencukur rambutnya, dengan alibi untuk masa depan yang lebih baik.

  Tahukah kamu, di beberapa negara dan budaya, esensi dari mencukur rambut bersifat sensitif. Pria yang mencukur rambutnya bisa menjadi hal yang sangat sakral baginya. Jika di zaman sekarang laki-laki mencukur rambut hanya karena faktor tuntutan hidup, maka faktor itu tidak akan berarti apa-apa jika kamu mengetahui sejarah dan fakta tentang pria dan rambut panjangnya.

  Kisah rambut panjang berawal dari Samson, adalah seorang pria utusan Tuhan yang mempunyai kekuatan melebihi manusia biasa. Samson dengan tangan kosong dapat melawan seekor singa, bahkan dia mampu menghancurkan sebuah kavaleri musuh tanpa bantuan siapa-siapa. Samson kekar dan sangat perkasa, namun ia sangat takut dengan pisau cukur. Mengapa? Karena kelemahannya terletak di rambut. Dia akan kehilangan kekuatannya jika rambutnya tercukur. Maka saat rambutnya dicukur oleh kekasihnya yang pengkhianat bernama Delilah, Samson murni menjadi manusia normal. Dan dengan rambut pendeknya dia hanya menjadi budak.

  Kisah Samson bukan sekedar dongeng penghantar tidur belaka, tetapi kisah ini menganut atas sebuah ajaran agama. Berawal dari ajaran lama Nasrani, mereka mempunyai kepercayaan untuk tidak memotong rambut. Tertulis dalam Kitabnya bahwa mencukur rambut adalah larangan. Mereka pun meyakini bahwa kekuatan laki-laki terletak di rambutnya. Tidak hanya itu saja, Dewa-dewa dalam Yunani Kuno seperti Zeus, Apollo, dan penguasa lautan Poseidon juga memiliki rambut yang panjang. Dalam Yunani sebelum abad keenam, rambut panjang adalah simbol dari kemakmuran dan kekuatan, sementara lelaki dengan rambut yang tercukur pendek digambarkan sebagai budak.

  Sedangkan kepercayaan rambut panjang dalam ajaran Sikh disebut Kesh. Secara spiritual Kesh adalah simbol akan pengabdian dari umat kepada Tuhannya. Mereka membiarkan rambutnya tumbuh panjang  dan tak pantang untuk mencukurnya. Bagi mereka rambut adalah lambang kesucian yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak memotong rambut berarti menerima dan mensyukuri apa yang dianugerahkan oleh Tuhan. Dan Kesadhari, adalah sebutan bagi seseorang yang menganut ajaran ini. Seorang Kesadhari harus memakai Sorban untuk menutupi rambutnya yang panjang. Arti dari sorban pun memiliki arti tersendiri bagi mereka.

  Selain dari lini agama, lini kebudayaan pun juga kental kaitannya akan sebuah filosofi dari rambut panjang. Di Inggris kuno, pria dengan rambut panjang digambarkan sebagai seseorang yang berpandangan artistik dan bijaksana. Sedangkan dalam Kebudayaan Barat, lelaki berambut panjang melakukan revolusi melalui musik dan kasih sayang, kaum revolusi ini menamakan dirinya Hippies.

  Di daerah Barat khususnya Amerika, mempunyai penduduk asli yang bernama Indian. Dalam kebudayaan Indian, semakin panjang rambut laki-laki maka dia akan terlihat semakin tampan. Dan di balik panjangnya rambut seorang Indian, terdapat kepercayaan bahwa misteri alam dan kehidupan tersimpan di sehelai rambut. Mereka percaya bahwa sehelai rambut erat kaitannya dengan jiwa dan tubuh si pemilik. Oleh sebab itu mereka tak akan membiarkan sehelai pun rambut jatuh ke tangan musuh, karena musuh dapat menggunakan rambut tersebut untuk menyakiti si pemiliknya. Maka semua rambut yang rontok akan mereka bakar.

  Kemudian ada sebuah budaya tentang rambut panjang yang menggimbal di kepala. Sebuah pergerakan tentang perjuangan dan kedamaian yang bernama Rastafara. Bagi mereka, memanjangkan rambut dan membuatnya menjadi gimbal adalah suatu perjalanan spiritual, karena membutuhkan kesabaran untuk menunggu rambut terbentuk menjadi gimbal. Bagi Rasta, pisau cukur, gunting, dan sisir adalah penemuan dari bangsa Romawi; Sedangkan Rasta menentang dan melawan Babilonia. Perlawanan ini juga menyimbolkan rambut gimbal sebagai ‘Singa Yehuda’.

  Kini, sudah banyak non-Rastafara yang membentuk rambutnya menjadi gimbal, tidak memanjangkan secara murni tetapi mengekstensi rambutnya sehingga panjang dan gimbal. Dengan alasan karena menyukai prinsip atau mendukung dan melestarikan kebudayaan Rastafara. Namun, sayangnya banyak juga orang-orang yang tidak mengerti apa arti sesungguhnya dari rambut gimbal tetapi orang-orang itu menggimbalkan rambutnya hanya sekedar untuk mode dan bertindak tak sesuai dengan prinsip dan budaya dari Rastafara. Inilah yang dapat merusak citra dari rambut panjang gimbal para Rastafara.

  Di Asia rambut panjang adalah sebuah jiwa, bahkan kehormatan dan harga diri seorang pria terletak di rambutnya yang panjang. Jepang pada abad pertengahan adalah masa dimana karakter awal akan sebuah negara terbentuk. Tak hanya dari segi pemerintahan tetapi juga kebudayaan. Budaya yang sampai sekarang masih terjaga adalah, esensi dari mencukur rambut. Pada zaman edo, para pria mempunyai rambut yang panjang dan diikat membentuk simpul di belakang kepala. Para Samurai, mereka tidak akan mencukur rambutnya tanpa alasan yang jelas, karena jika mereka lakukan itu menandakan bahwa mereka merasa telah kalah dalam perang dan terhinakan. Jika seorang Samurai memotong rambut panjangnya dengan sengaja maka dia tak akan lagi menjadi Samurai, dia tak boleh ikut berperang dan hanya menjadi rakyat biasa atau petani, dan menjadi ahli agama. Budaya kuno itu masih terjaga sampai sekarang, namun pengertiannya saja yang berbeda. Jika zaman dahulu orang Jepang mencukur rambut karena alasan kalah berperang, maka di masa sekarang orang Jepang akan memotong rambut saat dia merasakan kegagalan dalam suatu hal di hidupnya.

  Begitulah filosofi pria dan rambut panjangnya. Ada yang mempertahankan rambut panjangnya karena prinsip dan kebudayaan, ada juga yang pantang mencukurnya karena kepercayaan dan pengabdian kepada agamanya. Namun perubahan kultur dan zaman membuat etimologi dari rambut panjang menjadi berbeda. Mungkin di masa kini lelaki yang berambut panjang hanya dipandang sebelah mata, tetapi kamu dapat berpikir dan memahami lebih dalam tentang  ini semua.

  Dan pertanyaannya adalah, setelah kamu melihat sejarah dan kepercayaan yang tertulis di atas tadi, apakah caramu melihat lelaki yang berambut panjang berbeda dari sebelumnya? Apa yang terlintas di benakmu?




Sumber: Wikipedia, Important.ca, Sikhs.org, Japanstyle.info

No comments:

Post a Comment