Monster di Balik Gadget
Menghadapi kehidupan di abad 21, tak lepas masyarakat dunia memakai banyak gadget untuk mempersingkat bahkan mempermudah kegiatan manusia. Tetapi sebelumnya, apa arti dari gadget itu sendiri? Wikipedia mengartikan kalo gadget itu adalah sebuah obyek (alat atau barang elektronik) teknologi kecil yang memiliki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Gadget selalu diartikan lebih tidak biasa atau didesain secara lebih pintar dibandingkan dengan teknologi normal pada masa penemuannya. Gadget kadang juga disebut dengan gismoz.
Ketika dunia sudah dikuasai teknologi, mulai dari tempat makan, tempat kerja, sekolah bahkan tempat umum lainnya, tak heran jika tempat-tempat tersebut memakai teknologi sebagai sarana dan alat bantu manusia. Dahulu layar komputer yang berbentuk tabung, sekarang sudah berubah menjadi LED atau zaman dulu handphone masih besar dan tak berwarna, sekarang berevolusi menjadi smartphone yang bisa di custom sendiri. Sungguh tak terasa perkembangan zaman yang semakin maju membuat manusia semakin pintar untuk mengembangkannya.
Seiring berjalannya waktu, manusia banyak menggantungkan setiap pekerjaannya kepada teknologi. Banyak perusahaan yang memutuskan hubungan kerja dengan pegawainya karena sudah bukan zamannya lagi memakai tenaga manusia tetapi sekarang zamannya memakai teknologi yang dipercaya lebih baik dalam bekerja. Selain terlihat rapi, teknologi juga membuat setiap pekerjaan menjadi lebih cepat. Menurut pendapat Earl Nightingale, salah satu motivator dunia mengatakan, "Bahwa perlakuan kita terhadap kehidupan menentukan sikap kehidupan terhadap kita". Jangan heran jika banyak developer berlomba-lomba mengembangkan setiap teknologinya untuk mencapai hasil maksimal, demi memuaskan konsumennya.
Tak ada salahnya mengikuti pekembangan zaman yang semakin maju karena jika dunia tak pernah maju, berarti manusia masih hidup di zaman primitif.
Permasalahan akan muncul ketika semua gadget dijadikan alasan sebagai alat yang membuat manusia menjadi malas. Ketergantungan yang berat membuat gadget sebagai alasan utamanya. Ditambah lagi dengan hadirnya internet yang menyuguhkan berbagai macam jejaring sosial hingga game online. Kenikmatan yang ditawarkan membuat manusia kehilangan waktu bersama Tuhan. Kehilangan waktu saat teduh, waktu untuk beribadah bahkan waktu untuk melayani-Nya. Saat bangun tidur, ketika mau beranjak tidur bahkan dimana pun tempatnya, seringkali yang pertama kali di pegang adalah handphone. Seharusnya gadget bukan menjadi batu sandungan untuk kehilangan kemuliaan Tuhan, tetapi seharusnya gadget sebagai sarana untuk memperlebar kerajaan-Nya. Christopus Columbus, petualang Spanyol mengatakan, "Harta benda tak membuat seseorang menjadi kaya raya, mereka hanya membuatnya lebih sibuk."
Jika semuanya sudah terjadi, mau bagaimana lagi. Harus ada perubahan sikap yang mengalahkan semuanya.
Saat keberadaan gadget sudah menguasai segalanya, hingga teman pun ibarat tak disapa lagi, secara tidak langsung gadget sudah menjadi sebuah berhala. Berhala bukan berarti hanya patung sembahan yang menggantikan posisi Tuhan. Tetapi berhala juga bisa berkata tentang benda yang lebih diutamakan secara berlebihan hingga melupakan semuanya. Jika ditanya bisa tidak untuk lebih memprioritaskan Tuhan daripada gadget? Kemungkinannya ada yang bisa berkata "ya", "tidak" dan "sulit". Memang semuanya butuh berjuang. Tak ada yang instan di dunia ini bahkan membuat mie instan pun tak bisa instan tetapi butuh bahan lain untuk memasaknya. Salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Dipenogoro mengatakan,"Aku ini pejuang! Sebagai pejuang, tugasku adalah berjuang. Soal kalah atau menang itu bukan urusanku, karena tugasku adalah BERJUANG!"
Sekarang zamannya sudah berbeda. Sekarang zamannya masa Raja-raja memerintah. Butuh balance untuk menaklukkan diri sendiri. Bukan berarti memakai gadget tidak boleh, tetapi semua ada waktunya. Ada waktunya untuk bersama Tuhan dan ada juga waktunya melakukan kehidupan daging. Asalkan kehidupan daging itu tidak membuat kedagingan atau dosa. Roma 12:2 mencatat, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Semuanya kembali ke hikmat Tuhan. Melalui hikmatlah semua bisa dapat dinilai baik-buruknya. Tuhan menyediakan media bukan untuk menghancurkan tetapi untuk membangun supaya setiap kita meperlebar kerajaan-Nya sampai bangsa-bangsa mendengar kesaksian kita tentang betapa baiknya Tuhan.
Thank you and God bless
(Sumber gambar: fanpop )
Ketika dunia sudah dikuasai teknologi, mulai dari tempat makan, tempat kerja, sekolah bahkan tempat umum lainnya, tak heran jika tempat-tempat tersebut memakai teknologi sebagai sarana dan alat bantu manusia. Dahulu layar komputer yang berbentuk tabung, sekarang sudah berubah menjadi LED atau zaman dulu handphone masih besar dan tak berwarna, sekarang berevolusi menjadi smartphone yang bisa di custom sendiri. Sungguh tak terasa perkembangan zaman yang semakin maju membuat manusia semakin pintar untuk mengembangkannya.
Seiring berjalannya waktu, manusia banyak menggantungkan setiap pekerjaannya kepada teknologi. Banyak perusahaan yang memutuskan hubungan kerja dengan pegawainya karena sudah bukan zamannya lagi memakai tenaga manusia tetapi sekarang zamannya memakai teknologi yang dipercaya lebih baik dalam bekerja. Selain terlihat rapi, teknologi juga membuat setiap pekerjaan menjadi lebih cepat. Menurut pendapat Earl Nightingale, salah satu motivator dunia mengatakan, "Bahwa perlakuan kita terhadap kehidupan menentukan sikap kehidupan terhadap kita". Jangan heran jika banyak developer berlomba-lomba mengembangkan setiap teknologinya untuk mencapai hasil maksimal, demi memuaskan konsumennya.
Tak ada salahnya mengikuti pekembangan zaman yang semakin maju karena jika dunia tak pernah maju, berarti manusia masih hidup di zaman primitif.
Permasalahan akan muncul ketika semua gadget dijadikan alasan sebagai alat yang membuat manusia menjadi malas. Ketergantungan yang berat membuat gadget sebagai alasan utamanya. Ditambah lagi dengan hadirnya internet yang menyuguhkan berbagai macam jejaring sosial hingga game online. Kenikmatan yang ditawarkan membuat manusia kehilangan waktu bersama Tuhan. Kehilangan waktu saat teduh, waktu untuk beribadah bahkan waktu untuk melayani-Nya. Saat bangun tidur, ketika mau beranjak tidur bahkan dimana pun tempatnya, seringkali yang pertama kali di pegang adalah handphone. Seharusnya gadget bukan menjadi batu sandungan untuk kehilangan kemuliaan Tuhan, tetapi seharusnya gadget sebagai sarana untuk memperlebar kerajaan-Nya. Christopus Columbus, petualang Spanyol mengatakan, "Harta benda tak membuat seseorang menjadi kaya raya, mereka hanya membuatnya lebih sibuk."
Jika semuanya sudah terjadi, mau bagaimana lagi. Harus ada perubahan sikap yang mengalahkan semuanya.
Saat keberadaan gadget sudah menguasai segalanya, hingga teman pun ibarat tak disapa lagi, secara tidak langsung gadget sudah menjadi sebuah berhala. Berhala bukan berarti hanya patung sembahan yang menggantikan posisi Tuhan. Tetapi berhala juga bisa berkata tentang benda yang lebih diutamakan secara berlebihan hingga melupakan semuanya. Jika ditanya bisa tidak untuk lebih memprioritaskan Tuhan daripada gadget? Kemungkinannya ada yang bisa berkata "ya", "tidak" dan "sulit". Memang semuanya butuh berjuang. Tak ada yang instan di dunia ini bahkan membuat mie instan pun tak bisa instan tetapi butuh bahan lain untuk memasaknya. Salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, Pangeran Dipenogoro mengatakan,"Aku ini pejuang! Sebagai pejuang, tugasku adalah berjuang. Soal kalah atau menang itu bukan urusanku, karena tugasku adalah BERJUANG!"
Sekarang zamannya sudah berbeda. Sekarang zamannya masa Raja-raja memerintah. Butuh balance untuk menaklukkan diri sendiri. Bukan berarti memakai gadget tidak boleh, tetapi semua ada waktunya. Ada waktunya untuk bersama Tuhan dan ada juga waktunya melakukan kehidupan daging. Asalkan kehidupan daging itu tidak membuat kedagingan atau dosa. Roma 12:2 mencatat, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Semuanya kembali ke hikmat Tuhan. Melalui hikmatlah semua bisa dapat dinilai baik-buruknya. Tuhan menyediakan media bukan untuk menghancurkan tetapi untuk membangun supaya setiap kita meperlebar kerajaan-Nya sampai bangsa-bangsa mendengar kesaksian kita tentang betapa baiknya Tuhan.
Thank you and God bless
(Sumber gambar: fanpop )
Sunday, April 21, 2013
|
Label:
Love of God
|
1 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kingdom of Heaven. Powered by Blogger.
Translate
Popular Posts
-
Hoaaam banget saat melihat 2 pemain catur yang baru serius bertanding. Memang akan menjadi mengantuk jika kita sendiri tidak menyuk...
-
Unsur utama yang paling penting dalam tarian adalah gerak ekspresi tubuh manusia secara berirama yang dilakukan di suatu tempat d...
-
Tak jarang teman kita atau bahkan kita sendiri pernah mengucapkan kata gondhes atau bahkan mendhes. Tapi apa sih yang menjadi pertanyaa...
-
Indonesia yang dikenal dengan sebutan negara kepulauan, memang kenyataannya memiliki banyak pulau-pulau. Budaya yang berbeda-beda diset...
-
Ketika cinta mulai muncul dalam kehidupan, dari situlah mengerti arti sebuah kehidupan yang berwarna. Tak heran jika sobat sering meliha...
-
Manusia memiliki volume otak sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Tetapi manusia terkadang belum bisa mema...
-
Pemberi harapan palsu (PHP) pasti sudah tak asing lagi untuk didengar. Dari kata-katanya, apa sebenarnya maksud dari PHP itu sendiri? ...