Telur Rebus Berkulit Tentara

      Hampir semua orang menyukai telur rebus, entah itu karena rasanya enak atau bahkan karena memang sudah menjadi makanan sehari-harinya yang kaya akan protein sehingga baik untuk pembentukan tubuh yang atletis. Ada juga orang yang alergi jika makan telur. Tetapi pada artikel ini, saya tidak akan berbicara bagaimana memasak telur rebus ataupun cara mengkonsumsinya. Kali ini saya
akan berbicara tentang mental yang kuat. Lalu apa hubungannya mental yang kuat dengan telur rebus? Apakah karena bentuknya oval? Bukan seperti itu maksud saya, tetapi kita mau belajar dari sebuah telur. 
Telur yang tidak direbus, ia akan mudah sekali pecah dan bukan berarti telur yang sudah direbus tidak bisa pecah. Struktur tubuh telur rebus lebih kuat daripada telur yang belum direbus. Jelas sekali, karena telur mentah isinya masih cair sedangkan telur yang sudah matang isinya lebih keras. Berkata tentang mental juga mirip dengan halnya sebuah telur rebus. Mental yang sudah direbus akan kuat sedangkan mental yang mentah, jika menghadapi sedikit tantangan, ia akan segera mundur dari medan perang. Mental sendiri mempunyai definisi aktivitas jiwa (batin) dan watak manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga. 


"Ilmu pemeliharaan kesehatan mental atau sistem tentang prinsip, metode, dan teknik dalam mengembangkan mental yang sehat", Carl Witherington.


      Mempunyai kualitas mental yang kuat merupakan syarat yang harus dimiliki seseorang untuk menuju kualitas hidup yang lebih baik. Seseorang yang mempunyai mental yang kuat, ia dapat mengoptimalkan serta mampu mengolah semangat untuk menuju kesuksesan. Tantangan ibarat sebuah palu yang memukul hidup seseorang. Jika ia menganggap palu sebagai masalah yang tak bisa terpecahkan, maka palu tersebut akan terus memukul hingga pada akhirnya ia berkata berhenti. 
Ada sebuah kisah seorang pemimpin suatu kerajaan yang besar dan ia bernama Rey. Ia merupakan pemimpin yang bijaksana dan mengerti akan keadaan rakyatnya. Tak heran, jika banyak rakyat mencintai dan mengelu-elukannya. Saat ia menuai kejayaan, ia harus menghadapi tantangan yang berat yaitu dihadapkan dengan 2 pilihan. Pilihan pertama adalah wanita yang dia cintai dan pilihan kedua adalah kejayaan kerajaan serta rakyat-rakyatnya. Menurut Rey, pilihan tersebut sangat sulit baginya karena keduanya merupakan sama-sama yang ia cintai. Akhirnya ia mulai berpikir dan bertanya-tanya di dalam hati, apa yang dapat ia lakukan dengan 2 pilihan tersebut. Tentu saja ia tidak dapat memilih keduanya sedangkan apa yang menjadi pilihannya merupakan hal yang melengkapi hidupnya sebagai pemimpin. Tibalah Rey memutuskan pilihannya yaitu wanita yang dicintainya. Rey harus melepaskan kejayaannya sebagai seorang pemimpin. 
Waktu terus berjalan dan jam dinding terus berdetak, Rey ingin sekali mengulangi kejayaan sebagai seorang pemimpin. Memang begitulah sifat asli manusia, tak pernah puas dengan apa yang ada. Ibaratnya seperti prasmanan di salah satu acara pernikahan. Prasmanan menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang menggugah selera. Setelah mencicipi salah satu yang disuguhkan, pasti mulut tak bisa berbohong, ingin segera rasanya mencicpi hidangan lain yang disuguhkan. Hidangan yang melambai-lambai, membuat si lidah terus bergoyang untuk mengajak hidangan bergoyang bersama. 
Rey yang mempunyai hasrat untuk kembali menjadi pemimpin, harus diurungkan niatnya karena ternyata untuk menjadi seorang pemimpin memerlukan berbagai macam proses. Contohnya sindiran dan pandangan sinis dari banyak pihak hingga caci maki. Tentu saja proses ini bisa membuat mental down. Coba saja bayangkan, jika apa yang dialami Rey terjadi pada kehidupan nyata, tentu suasananya semakin memanas karena mengalami sendiri. Lalu apa yang bisa dilakukan? Mau tidak mau harus melewati proses itu hingga suatu saat nanti kejayaannya dapat terulang kembali.
      Beberapa masyarakat umum percaya bahwa jiwa bukanlah sebuah benda yang tidak bisa disentuh, dilihat, dirasakan atau didengar. Menurut pemikiran yang cukup populer bahwa jiwa dapat mendengar, mengasihi, membenci, melihat peristiwa masa lalu dan masa yang akan datang. 
Dari situlah muncul DEJA VU yang berasal dari kata Perancis dengan arti "telah melihat". Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris telah melakukan penelitian pada penderita deja vu kronis, yaitu orang yang dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi tetapi di dalam perasaannya pernah mengalami sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa jiwa dapat merespon aktivitas tubuh luar. 
Mental tak bisa lepas dari jiwa. Disaat mental tertekan, jiwapun juga tertekan karena jiwa dan mental saling berkaitan bak petani dengan cangkulnya. Di dalam Alkitab, terdapat banyak sekali kata-kata jiwa, diantaranya adalah:
  • Neshamah (Yesaya 57:16, "padahal Akulah yang membuat nafas hidup)
  • Nedibah (Ayub 30:16a, "Oleh sebab itu jiwaku hancur dalam diriku.")
  • Psuche merupakan kata dari bahasa Yunani dan dalam Perjanjian Baru yang dinyatakan sebanyak 105 kali.
  • Nephes merupakan kata yang ada di dalam Perjanjian Lama dengan arti "nyawa", "makhluk" atau "jiwa", berasal dari nashphash yang berarti "untuk bernapas". 
Mens sana in corpore sano adalah kata yang tak asing didengar. Kutipan populer yang berasal dari pujangga Romawi, Decimus Iunius Iuvenalis, yaitu Satire X dan kemudian ditafsirkan agak melenceng dari makna yang sebenarnya. Jika diartikan menurut Bahasa Indonesia yang benar, "Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat". 
      Kualitas spiritual dan kepribadian merupakan hal yang pertama-tama dilakukan. Karena keduanya merupakan modal atau pondasi dari sebuah mental. Jika keduanya lemah, maka seseorang akan tumbang saat badai datang menghantam, sedangkan bila keduanya kuat, gelombang badai sebesar apapun tak pernah menghalangi langkahnya, malahan ia bisa menari di atas gelombang. 
Meningkatkan kualitas mental yang baik, dibutuhkan juga cara-cara yang terbaik. Cara-cara tersebut diantaranya:
  1. Mencari cintanya Tuhan
  2. Jaga hati
  3. Hasrat yang menggebu-gebu (penuh semangat)
  4. Menyerah sepenuhnya kepada Tuhan
  5. Berusaha untuk selalu berpikir positif (respon hati)
  6. Tidak berhenti untuk terus belajar (belajar dari kesalahan)
  7. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain
  8. Menjaga relasi terhadap orang lain (simpati dan empati)


"Suatu seni yang praktis dalam mengembangkan dan menggunakan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kesehatan mental dan penyesuaian diri, serta pencegahan dari gangguan-gangguan psikologis", Alexander Schneiders



Selain cara-cara di atas, ternyata mental yang lemah mempunyai banyak ciri-ciri, diantaranya adalah:

  • Perasaan tidak aman 
  • Kurang percaya diri (self confidence)
  • Kurang memahami diri sendiri (self-understanding)
  • Mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf
  • Ketidak matangan emosi

Melatih mental yang kuat memang gampang-gampang susah. Andaikan semuanya terjadi menurut apa yang diinginkan manusia, tentunya kehidupan ini tak ada tantangan. Ketika memikirkan segala persoalan dengan pikiran manusia, maka hal tersebut malah menjauhi dari apa yang menjadi pikiran Tuhan. Jadi untuk menciptakan mental yang kuat seperti telur rebus berkulit tentara, hidup ini perlu perebusan dengan api yang besar. Api dapat berkata tentang pengalaman-pengalaman yang bisa mendewasakan. Bukan berarti memperkuat mental harus dididik seperti halnya tentara yang dipersiapkan untuk maju ke medan perang. Tetapi mental yang kuat muncul setelah seseorang terbiasa dengan gelombang permasalahan yang menghadangnya sampai suatu saat nanti apa yang telah tertulis di Alkitab menjadi rhema di dalam kehidupan nyata dan kemudian hari, ia dapat melebihi mental seorang tentara, spiritual strenght through our connection with God for our journey.
God bless you


(Sumber gambar : vemale.com )

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Kingdom of Heaven. Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts

Freedom Life

Firman Menjadi Daging, Mimpi Menjadi Nyata

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

through it, you can donate

KNPCloth