Love in Love

    Hubungan manusia bukan hanya Tuhan saja tetapi juga hubungan dengan sesama. Menciptakan sebuah relasi yang baik antar sesama, memanglah tidak semudah yang dibayangkan. Pasti banyak gesekan antara yang satu dengan yang lain. Hal ini sewajarnya memang harus terjadi. Karena melalui gesekan itulah, akan muncul suatu rasa untuk saling menghargai.
    Hubungan sesama bisa berkata tentang teman, sahabat, saudara dan keluarga. Tak salah jika suatu ketika ada yang namanya cekcok atau berbeda pendapat. Melalui ini juga, kedewasaan seseorang sangat diuji. Bisa tahan menghadapinya atau tereliminasi. Semua pilihan ada di dalam tangan sobat sendiri.
    Menciptakan sebuah hubungan yang akrab dan serasi, butuh yang namanya ikatan kasih. Kasih itu bisa mencangkup arti yang banyak. Contohnya saja, murah hati, lemah lembut dan memberi. Memberi kasih berarti juga harus sejajar dengan tulus. Seperti tertulis di 1 Petrus 1:22, "Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu". Bukan kasih yang didasari dengan rasa terpaksa atau pura-pura.
    Kasih berbeda dengan keras. Kasih berbumbu dengan simpati dan empati. Banyak orang yang salah mengartikan antara tegas dan keras. Tegas itu lemah lembut tapi berprinsip, sedangkan keras hanya menekankan apa yang dia mau, tanpa mengerti perasaan yang lainnya. Ada 2 ilustrasi yang menggambarkan tentang kasih. Kasih itu menggambarkan seperti ibu yang menyusui anaknya. Ia memberi ASI dengan tulus. Sedangkan ilustrasi yang kedua adalah, pemimpin yang memaksa karyawannya untuk terus bekerja tanpa memikirkan perasaan karyawan tersebut. Jadi sobat pilih yang mana? Saya yakin, pasti kebanyakan sobat akan memilih pilihan yang pertama, tentang kasih seorang ibu.
    Memahami dan mengerti orang lain memang tidak mudah. Terkadang kita sendiri pun ingin memaksakan kehendak kita untuk orang lain. Hal seperti itu tidak bisa dilakukan, karena setiap orang mempunyai jenis-jenis perasaan yang berbeda-beda. Ada banyak unsur yang sering mewarnai relasi antar sesama.

*Beberapa unsur itu seperti:

  1. Altruisme : perhatian non egois dari orang lain
  2. Passion : Hasrat yang menggebu-gebu
  3. Kepentingan pribadi : Kasih yang meminta imbalan
  4. Komitmen : Keabadian untuk mempertahankan suatu kasih yang sejati
  5. Reciprocation/pertukaran : Kasih yang saling menguntungkan tetapi tidak bermanfaat
Unsur-unsur tersebut ada yang bernilai positif bahkan ada yang bernilai negatif. Tak heran jika banyak perkelahian yang diakibatkan oleh unsur-unsur ini. 
    Menjadi kawan yang baik, saling mengingatkan juga perlu diterapkan di dalam perasaan dan diwujud nyatakan dalam sebuah tindakan. Kawan yang baik selalu terima kritik dan saran. Tak ada yang perlu ditutup-tutupi, semuanya terbuka. Andai semua hal ditutup-tutupi, pasti tak ada kemajuan dalam hidup. Kasih itu bukan pura-pura lho. Tertulis di Roma 12 : 9, "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik".
Memang terkadang kritik itu sangat pedas, tetapi kritik juga sangat membangun. Jangan hanya mau mengkritik saja, tetapi siapkanlah hati untuk mau dikritik. 
    Bukan suatu kebetulan jika Tuhan mempertemukan kita dengan banyak orang. Andaikan semua orang di dunia ini mau mengerti dan dimengerti, pastinya dunia ini damai, aman dan serasi. Jangan menjerumuskan teman ke dalam yang buruk tapi ajaklah teman untuk menuju hal yang baik. Bukan menjadi racun tetapi jadilah garam dan terang dunia (Matius 5:13-15). Semuanya membutuhkan hikmat dari Tuhan. Katakan dan lakukan apa yang jadi maunya Tuhan. Jangan sekali-kali mengatakan dengan kedagingan karena melalui kata-kata juga, semua hal bisa menentukan. Bisa menentukan menjadi kawan atau lawan. Seperti tertulis di Amsal 18:21, "Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya".
    Relasi yang baik berawal dari niat yang baik. Karena jika niat dari awalnya buruk, maka tindakan yang dilakukan juga buruk. Langkah awal untuk menciptakan sebuah relasi yaitu setiap bertemu dengan orang selalu katakan salam, kalau perlu juga berjabat tangan. Bukan malah jika bertemu orang lain, selalu acuh tak acuh. Ilustrasi mudahnya seperti ini. Ada seorang evangelis yang sedang mengabarkan berita kebenaran di salah satu kota di Jawa. Ia mengabarkan tentang kasih. Setelah selesai mengabarkan tentang kasih, ia segera bergegas packing untuk segera menuju ke kota yang lain. Di tempat itu juga, disaat ia melewati banyak orang, mengucapkan salam dan berjabat tangan pun, ia tidak lakukan. Lalu salah satu diantara orang banyak itu berkata, "Katanya mengajarkan kasih, tetapi kok tidak ada bukti kasihnya?".
Hal seperti itulah yang akan terjadi jika seseorang tidak bisa menerapkan kasih di dalam lingkungan. Kasih bukan berkata tentang sebuah teori belaka saja, tetapi juga membutuhkan praktik. Tak heran jika banyak orang berkata, "Hanya bisa teori tetapi praktik nol besar". Kita tidak mau kan kalau ada orang yang berkata seperti itu dan ditujukan kepada kita? Tentunya tidak mau. Memang tidak instan untuk menerapkan kasih tetapi jika hari-harinya mau belajar dan diajar, semua tentang kasih bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan memberkati


(Sumber gambar : cafepsych.wordpress.com)

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Kingdom of Heaven. Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts

Freedom Life

Firman Menjadi Daging, Mimpi Menjadi Nyata

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

through it, you can donate

KNPCloth