Surat Cinta untuk Jogja

    Kota Jogjakarta terlihat lebih indah jika dinikmati pada malam hari. Nyala lampu di sepanjang jalan kota Jogja ikut mewarnai kemolekannya. Tak pernah ketinggalan, tugu Jogja sebagai simbol khas Jogja tetap berdiri dengan gagahnya. Menatap dengan tajam pada setiap jiwa yang bertaburan memenuhi jalannya raya. Dibalik gagahnya tugu, ternyata tugu memendam makna filosofis tentang semangat perlawanan atas penjajahan dan kini menjadi landmark yang kental dengan Kota Jogja. Bangunan yang terletak di perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Dipenogoro telah hampir berusia 3 abad yang memiliki banyak makna akan sejarah kota Jogja. 
    Kalau biasanya Bali dikenal dengan pantai Kuta sebagai tempat wisatawan lokal ataupun asing, Jogja menjadi salah satu tujuan pelajar wisatawan lokal dan asing. Maraknya jiwa-jiwa yang datang dari segala penjuru hanya untuk belajar, maka Jogja mendapat sebutan sebagai kota pelajar. Budaya yang sangat banyak membuat setiap orang yang mempunyai jiwa seni semakin tertarik untuk mempelajarinya. Bahkan Jogja juga tak lepas dengan karya seni jalanan atau biasa dsebut dengan julukan street art. Tempat-tempat di Jogja tak kalah menarik untuk memamerkan karya seni rupa hingga karya seni tradisional, dari tempat membaca macapat (tembang jawa) sampai musik kotemporer.
    Saat kota Jogja sedang dinikmati akan kecantikannya, beberapa orang bahkan kelompok menghancurkan  segala yang dimiliki Jogja. Banyak terjadi tindakan kriminal di sana-sini seperti contohnya pembunuhan, tawuran pelajar, perampokan, pencurian, pencabulan hingga perjudian. Akibat yang ditimbulkan dari tindakan kriminal inilah membuat nama Jogja tercoreng di mata masyarakat sebagai kota budaya dan kota pelajar. 
    Maraknya tawuran antar pelajar di Jogja membuat beberapa pengamat pendidikan mengusap air mata. Melihat banyak pelajar berjatuhan sebagai korban, entah itu salah atau benar membuat citra pelajar Jogja luntur. Sekarang ini, tawuran pelajar bukan lagi masuk di dalam kategori kenakalan remaja, tetapi sudah masuk di dalam kategori kriminal. Tak salah jika umur belasan ingin menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat, tetapi seharusnya menunjukkannya bukan melalui tawuran. Masih banyak hal yang positif untuk dilakukan oleh pelajar, seperti bermusik, drama ataupun karya-karya lainnya. Memang banyak godaannya jika menyandang status pelajar, tetapi lebih baik jika nama pelajar dikenang karena prestasi dan bukan dikenang karena mayat yang tergeletak. 
Bukan hanya pelajar saja, masyarakat yang ikut terjun ke dalam dunia kriminal semakin membuat Jogja tak mau mengangkat muka. Ketika kekerasan, perampokan, perjudian, percabulan serta tindakan kriminal lainnya, mengubah langkah Jogja yang dahulunya berjalan pelan dan teratur, kini harus berjalan terseok-seok. Menurut pendapat Dawson Peter Amstrong, "Berani bukanlah siap menghunus pedang, tetapi siap memasukkan pedang ke sarungnya". Menciptakan sebuah perdamaian memang lebih sulit daripada menciptakan sebuah kerusuhan, mencari musuh memang lebih mudah daripada mencari saudara. 
    Sebenarnya asal mula terjadinya tindakan kriminal berawal dari perbedaan, tekanan hidup dan gengsi. Tiga-tiganya merupakan langkah-langkah untuk melakukan tindakan selanjutnya. Jika seseorang mengalami tekanan hidup, entah itu ekonomi ataupun tekanan lainnya, membuat ia menjadi merasa berbeda dengan lainnya. Saat semuanya sudah berbeda, muncullah rasa gengsi dan melalui gengsi, seseorang menjadi kehilangan akal sehat untuk berpikir jernih. Akhirnya timbullah yang namanya tindakkan kriminal. Semuanya memang berawal dari perbedaan. Karena perbedaan terciptalah api kemarahan dan api tersebut akan semakin besar jika dipengaruhi lingkungan yang mendukung. Jikalau api sudah terlanjur membara, perlu yang namanya pemadam. Pemadam yang tepat untuk memadamkan api amarah adalah cinta kasih. Martin Luther King, jr pernah berkata, "Nonkekerasan adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan politik dan moral yang penting pada masa kini; keperluan manusia untuk menghadapi penindasan dan kekerasan tanpa menggunakan penindasan dan kekerasan. Manusia harus menciptakan sebuah cara untuk menghadapi segala konflik manusia yang menolak pembalasan dendam, agresi, dan retaliasi (pembalasan). Fondasi bagi cara tersebut adalah cinta".
    Jika cinta sudah bicara, semuanya aman terkendali. Ibaratnya, cinta adalah aliran air yang mengalir dan membasahi jiwa. Setiap jiwa yang mendapat aliran air cinta, jiwanya akan berubah menjadi sukacita. Jimi Hendrix, Gitaris Rock AS, berkata, "Ketika kekuatan akan cinta melebihi kecintaan akan kekuasaan, maka dunia pun menemukan kedamaian".
Damai identik dengan suasana tanpa kekerasan, saling menghargai dan harmonis. Namun terkadang damai hanya bisa menjadi sebatas mimpi saja. Banyak orang berpikir, damai sulit diwujud nyatakan. Karena sikap yang menghakimi diri sendiri, mengakibatkan damai memang benar-benar hanya sebatas mimpi. Ada 4 tips untuk menciptakan kedamaian, yaitu:
     
      1. Menghargai dahulu baru dihargai
          Menghargai orang lain membutuhkan yang namanya rendah hati dan kerelaan. Jika seseorang tetap mempertahankan sifat keras hati, menghargai hanyalah sebuah angan-angan. 
      2. Murah kasih dan senyum
          Kasih itu memberi, kasih itu baik hati dan kasih itu lemah lembut. Setiap jiwa yang sudah tertanam jiwa kasih, ia akan terus tersenyum tulus menghadapi kenyataan.
      3. Mengubah mimpi menjadi nyata
          Bukan saatnya lagi hanya menjadi sang pemimpi, tetapi saatnya berubah menjadi sang penakluk mimpi. Melihat dan beriman bahwa setiap mimpi akan menjadi daging.
      4. Mencintai Tuhan lebih dari segalanya
          Disaat seseorang sudah menemukan arti cinta dari Tuhan, secara tidak langsung ia akan mencintai setiap ajaran firmanNya sehingga kasih Tuhan benar-benar nyata di dalam kehidupan manusia.

Sekarang waktunya bukan lagi bersantai-santai. Saatnya anak muda untuk maju dan mendunia. Bukan saatnya anak muda yang hanya mengandalkan yang sudah ada tetapi mengembangkan setiap potensi untuk menciptakan perdamaian Jogja bahkan dunia. Tercatat di Ulangan 28:13, "TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia". Menunjukkan siapa anak muda yang sebenarnya dengan segudang talenta. Jika 1 anak muda bisa membuat perubahan, maka beribu-ribu anak muda bisa menciptakan perdamaian dunia dan semuanya dimulai dari kita sendiri. Seperti kata-kata Bung Karno, "Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia".
Ciptakan Jogja yang damai, Jogja penuh cinta kasih dan Jogja penuh kemuliaan Tuhan
God bless you all


(Sumber gambar:  *Tugu Jogja : flickr.com   *Surat Cinta : truthmedia.com)

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

Kingdom of Heaven. Powered by Blogger.

Translate

Popular Posts

Freedom Life

Firman Menjadi Daging, Mimpi Menjadi Nyata

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

through it, you can donate

KNPCloth